Halaman

Minggu, 17 Juni 2012

Bagian dari Tubuh Manusia yang "Ter..."

Tubuh kita terdiri dari berbagai organ yang saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugasnya. Dan pastinya, dari berbagai jenis organ, tentu masing2 punya keunikan sendiri.


1. Tulang terpanjang dan terbesar: Femur (tulang paha)

femur a. k. a. tulang paha merupakan tulang terpanjang sekaligus terbesar di dalam tubuh manusia. tulang ini juga, bersama dengan tulang temporal, merupakan tulang terkuat di tubuh. panjang femur pada orang dewasa rata2 adalah 48 cm, dan diameternya 2.34 cm. femur mampu menahan beban hingga 30 kali berat orang dewasa


2. Tulang terkuat: Tulang temporal dan femur

meskipun relatif kecil dan perawakan gepeng, tulang temporal memiliki predikat yang bisa dibanggakan dibanding saodara2nya sesama tulang, yaitu (bersama femur) merupakan tulang terkuat di tubuh kita. wajar saja tulang ini harus kuat, karena dia memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga isi kepala


3. tulang terkecil dan teringan: tulang saggurdi (stapes bone)


Tulang sanggurdi (stapes bone) merupakan salah satu dari tiga tulang pendengaran. dua lagi adalah tulang martil (maleus bone) dan tulang landasan (incus bone). Tulang sanggurdi berfungsi untuk meneruskan getaran suara ke organ telinga dalam (cochlea)


4. otot terbesar: gluteus maximus (otot bokong )

bokong kita selain diisi sama lemak (yang bikin pantat jadi empuk) juga diisi oleh otot terbesar di tubuh. salah satu fungsi otot ini adalah menegakkan tubuh bagian atas kita


5. otot terkuat: quadriceps femoris (otot paha)

merupakan otot paha bagian depan. Terdiri dari 4 bagian (quad) otot. dan salah satu fungsinya adalah untuk berjalan


6. otot terkecil: stapedius (otot pada tulang sanggurdi)

otot ini terletak di bagian dalam telinga. dia menempel pada tulang sanggurdi (stapes) dan berfungsi sebagai pelindung telinga kita dari kerusakan akibat suara keras


7. organ dalam terbesar dan terberat: hati/liver

merupakan organ yang berfungsi sebagai penangkal racun kita. kerusakan hati dapan menimbulkan berbagai macam penyakit karena penumpukan toxin di dalam tubuh. berat dari liver bisa nyampe 1.5 kilo


8. organ luar terbesar dan terberat: kulit

organ yang satu ini udah jelas gedenya. soalnya, dari luasnya aja bisa nyampe 2 meter persegi dan beratnya bisa nyampe 6 kiloan,
selain berfungsi melindungi, kulit juga berfungsi sebagai penghasil vitamin D yang berasal dari hasil reaksi lemak di bawah kulit dan sinar matahari


9. organ terkecil: kelenjar pineal (pineal gland)

organ ini terletak di bagian otak tengah. mempunya ukuran kira2 hanya 8mm. namun begitu, organ ini tetep memegang peranan penting dalam tubuh kita yaitu sebagai regulasi sistem tubuh


10. pembuluh darah terbesar: aorta (untuk pembuluh nadi) dan inferior vena cava (untuk pembuluh balik)


pembuluh nadi (arteri) ini diameternya bisa nyampe 3.6 cm dan terletak langsung di atas jantung

inferior vena cava

pembuluh balik (vena) ini diameternya bisa sampe 2.5 cm, dan letaknya persis di belakang, bawah jantung.


11. Otot terpanjang: Sartorius Muscle (otot paha bagian dalam)

otot ini menyilang dari bagian luar paha ke bagian dalam dan fungsinya untuk menggerakkan tungkai. panjang bisa mencapai 60 cm


12. Otot terluas permukaannya: Latissimus Dorsi (otot punggung bawah)

dengan mengkover hampir sebagian besar punggung, latissimus dorsi pantas menyandang predikat ini. fungsinya adalah untuk menggerakkan lengan


13. Otot terkuat (kategori "gaya yang diberikan per satuan luas"): Masseter (otot pengunyah)

otot terkuat kategori "gaya yang diberikan secara keseluruhan", sekarang kalo diliat secara ukuran, maka masseter ini mempunyai predikat paling kuat. karena dengan ukurannya yang relatif mungil, otot ini mampu mengeluarkan gaya sebesar 4700 N (442 Kg)


14. Sel terbesar: Sel Telur Wanita (Ovum cell)

sel telur ini jadi yang paling besar krn ukurannya bisa nyampe 200 mikrometer (0.2 mm) sedangkan ukuran rata2 sel adalah 10 mikrometer (0.01 mm). dengan ukuran yang demikian, sel telur memungkinkan untuk dilihat dengan mata telanjang


15. Sel terkecil: Sperma Pria (sperm cell)

nah, pasangannya dari si jumbo adalah si kecil ini, ukurannya cuma seperseratus dari sel telur wanita, yaitu 2.5 - 3.5 micrometer (0.0035 mm). namun biar mungil begitu, sell ini termasuk kuat karena mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang asing (rahim wanita maksudnya ) dalam beberapa hari.


16. Sel terpanjang: sel syaraf (Nerve cell)

sel ini punya predikat terpanjang karena untuk satu sel, sael syaraf bisa mencapai 2 meter. fungsinya sebagai "alat komunikasi" antar organ


17. Organ terpanjang: usus halus (small intestine)

meskipun badan kita cuma kira2 1.7 meter, tapi usus halus (yang dipanjangkan dalam keadaan relaksasi) mampu mencapai 7 meter. fungsinya buat nyerap sari2 makanan yang makan


18. Organ paling kompleks: otak (brain)

organ yang satu ini gausah ditanyain lagi deh ke-kompleks-annya.. dengan ukuran segitu, dia mampu mengatur semua sistem si dalam tubuh, dan menerima rangsang dari semua bagian tubuh.

Kenapa otak berbentuk lipatan2? karena pada saat pertumbuhan manusia, saat tulang tengkorak berhenti berkembang, otak terus berkembang hingga ruangannya penuh, sehingga otak "memperluas permukaannya" dengan membentuk lipatan2.

Rokok ??

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.

1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.

2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.

3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.



4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa.

5. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.

6. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.


Kesimpulan :
Jadi dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan kegiatan bodoh yang dilakukan manusia yang mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan sosial, pahala, persepsi positif, dan lain sebagainya. Maka bersyukurlah anda jika belum merokok, karena anda adalah orang yang smart / pandai.
Ketika seseorang menawarkan rokok maka tolak dengan baik. Merasa kasihanlah pada mereka yang merokok. Jangan dengarkan mereka yang menganggap anda lebih rendah dari mereka jika tidak ikutan ngerokok. karena dalam hati dan pikiran mereka yang waras mereka ingin berhenti merokok.

Anatomi Tubuh Manusia

Anatomi Tubuh Manusia 

 
Anatomi Tubuh Manusia disusun kedalam beberapa bagian sistem tubuh, yaitu:


Sistem Kerangka
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8 buah; Tulang kerangka dada: 25 buah; Tulang wajah: 14 buah; Tulang belakang dan pinggul: 26 buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang lengan: 64 buah dan Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah.
Fungsi kerangka antara lain:
menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
tempat melekatnya otot-otot
untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah
Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena bagian belakangnya terbuka. Gelang bahu terdiri atas tulang selangka yang melengkung berupa huruf S, dan tulang belikat yaitu sebuah tulang ceper berbentuk segi tiga.


Sistem Otot
Otot punggung sejati merupakan dua buah jurai yang amat rumit susunannya, terletak di sebelah belakang kanan dan kiri tulang belakang, mengisi ruang antara taju duri dan taju lintang. Otot-otot punggung sejati itu hampir sama sekali tertutup oleh otot-otot punggung sekunder yang sebenarnya termasuk otot-otot anggota gerak atas dan bawah. Kedua jurai otot tersebut dinamakan penegak batang badan dan amat penting artinya untuk sikap dan gerakan tulang belakang.

Sistem Peredaran darah
Jantung berbentuk runjung yang terbalik letaknya. Letak jantung dalam tubuh sedemikian rupa sehingga ujung runjung tersebut (ujung jantung) mengarah ke bawah, ke depan dan ke kiri. Basis jantung mengarah ke atas, ke belakang dan sedikit ke kanan. Pada basis jantung inilah berhimpun aorta, batang nadi paru-paru, batang pembuluh balik atas dan bawah beserta ke dua (atau empat pembuluh balik paru-paru). Bagian dalam jantung terdiri atas 4 ruang: serambi kiri, bilik kiri, serambi kanan dan bilik kanan. Serambi kiri dan bilik kiri satu sama lain berhubungan, demikian juga serambi kanan dan bilik kanan. Bagian kiri jantung dipisahkan dari bagian kanan oleh sekat rongga jantung.


Sistem pernapasan
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa/alveoli). Gelembung-gelembung hawa terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung paru-paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kanan dan kiri).


Sistem Indera
Alat Penglihatan
Alat penglihatan terdiri atas bola mata, saraf penglihatan, dan alat-alat tambahan mata.
Bola mata berbentuk bulat, hanya bidang depannya menyimpang dari bentuk bola sempurna karena selaput bening lebih menonjol ke depan. Ini terjadi karena bagian ini lebih melengkung dari pada bagian lain bola mata. Titik pusat bidang depan dan bidang belakang dinamakan kutub depan dan  kutub belakang.
Garis penghubungnya adalah sumbu mata atau sumbu penglihat.

Alat Pendengaran
Alat pendengaran terdiri atas pendengar luar, pendengar tengah dan pendengar dalam. Pendengar  luar  terdiri  atas  daun  telinga  dan  liang  telinga  luar.  Daun telinga  adalah  sebuah  lipatan  kulit  yang  berupa  rangka  rawan kuping kenyal.  Bagian luar liang telinga luar berdinding rawan, bagian dalamnya mempunyai  dinding tulang.  Ke sebelah dalam liang telinga luar  dibatasi oleh selaput gendangan terhadap rongga gendangan.

Kulit
Kulit terbagi atas kulit ari dan kulit jangat. Kulit ari terdiri atas beberapa lapis, yang teratas adalah lapis tanduk yang terdiri atas sel-sel gepeng,  sedangkan lapis  terdalam disebut lapis benih yang senantiasa membuat sel-sel epitel baru.

Sistem Pencernaan
Rongga mulut
Rongga mulut mulai dari celah mulut dan berakhir di belakang pada  lubang tekak. Oleh karena lengkung gigi, rongga mulut dibagi dua bagian  yaitu beranda yang terletak di luar lengkung gigi dan rongga mulut yang terdapat di belakangnya. Beranda dibatasi ke luar oleh  bibir dan pipi yang mengandung otot-otot mimik dan karena itu gerakannya amat luas.

Geligi
Geligi terdiri atas dua baris gigi tertutup. Setiap baris gigi merupakan suatu garis melengkung yang pada rahang atas agak lain  bentuknya  daripada rahang bawah. Gigi pada rahang atas dan pada rahang bawah letaknya sedemikian rupa sehingga  penampang terbesar setiap gigi rahang atas tepat menempati sela antara dua buah gigi rahang bawah dan sebaliknya. Jadi sewaktu mengunyah setiap gigi bekerja sama dengan dua buah gigi yang berlawanan letaknya.

Lambung
Lambung adalah bagian saluran pencernaan makanan  yang melebar seperti kantong, terletakdi bagian atas rongga perut sebelah kiri, dan untuk sebagian tertutup oleh alat-alat yang letaknya berdekatan seperti hati, usus besar dan limpa. Lambung berhubungan dengan alat-alat itu dan juga dengan dinding belakang rongga perut dengan perantaraan dengan beberapa lipatan salut perut.

Sistem Urinaria
Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar berbentuk  seperti kacang yang terletak pada dinding belakang rongga perut setinggi ruas-ruas tulang belakang sebelah atas, ginjal kiri letaknya lebih tinggi daripada ginjal kanan.  Sisi ginjal yang menghadap  ke dalam  berbentuk  cekung.  Di sini masuk  nadi ginjal  (dari aorta) ke dalam ginjal. Nadi ini bercabang-cabang dalam jaringan ginjal.

Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat berkumpulnya semua air kemih yang terpancar dari saluran ginjal. Dinding kandung kemih yang terdiri atas jaringan  otot polos  dapat   menyesuaikan  diri  terhadap   banyaknya  air kemih di dalam kandung kemih, karena dapat mengendor apabila diisi perlahan-lahan dengan air kemih.

Sistem Reproduksi
Alat reproduksi laki-laki
Alat-alat reproduksi laki-laki dibagi atas bagian pembuat mani dan bagian penyalur mani. Bagian pertama berupa kelenjar kelamin, yaitu buah zakar yang membentuk  sel-sel mani. Buah zakar kanan dan kiri  tergantung di dalam sebuah lipatan kulit yang berbentuk kantong dan terletak di bawah tulang kemaluan  yang  dinamakan  kandung buah zakar (skrotum). Pada sisi belakang setiap buah zakar terdapat anak buah zakar yang tergolong sebagai jalan penyalur.

Alat reproduksi  perempuan
Alat-alat  reproduksi  perempuan  terdiri  atas  indung telur,  tabung rahim, rahim, liang senggama dan alat-alat kelamin luar. Indung telur berjumlah dua, terletak pada dinding sisi panggul kecil di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Masing-masing indung telur tergantung pada beberapa ikat dan lipatan salut perut. Indung telur adalah kelenjar kelamin perempuan yang menghasilkan sel-sel kelamin, yaitu sel-sel telur.

Sistem Syaraf
Otak
Sistem saraf pusat berkembang dari suatu struktur yang berbentuk bumbung. Pada bumbung tersebut dapat dilihat sebuah dasar, sebuah atap dan dua dinding sisi sebagai pembatas suatu terusan yang terletak di tengah. Dalam perkembangan selanjutnya pada beberapa tempat bumbung tadi menjadi tebal, sedangkan pada tempat-tempat lain dindingnya tetap tinggal seperti semula.

Sumsum Belakang
Sumsum belakang menyerupai batang kelubi yang penampangnya jorong. Letaknya dalam terusan tulang belakang anatara rongga tengkorak dan daerah pinggang. Penampangnya dari atas ke bawah semakin kecil, kecuali pada dua tempat, yaitu di daerah leher dan di daerah pinggang. Di tempat-tempat ini sumsum belakang agak melebar.

Sistem Endokrin
Kelenjar Himofise
Kelenjar  himofise  adalah suatu  kelenjar endokrin  yang terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofise tulang spenoid. Kelenjar himofise memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin karena hormon-hormon yang  dihasilkannya dapat mempengaruhi aktifitas kelenjar lainnya.

Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas 2 belah yang terletak di sebelah kanan batang tenggorok diikat bersama  oleh  jaringan tiroid dan yang melintasi  batang tenggorok di sebelah depan. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar  yang  terdapat  di dalam  leher bagian depan bawah, melekat pada dinding pangkal tenggorok.[ps]

Sel

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata "sel" itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti "kotak-kotak kosong", setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan Nukleoplasma
Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula).

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEL
Secara anatomis sel dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Selaput Plasma (Membran Plasma atau Plasmalemma).
2. Sitoplasma dan Organel Sel.
3. Inti Sel (Nukleus).

1. Selaput Plasma (Plasmalemma)

Yaitu selaput atau membran sel yang terletak paling luar yang tersusun dari senyawa kimia Lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau Lipid dan senyawa Protein). Lipoprotein ini tersusun atas 3 lapisan yang jika ditinjau dari luar ke dalam urutannya adalah:


Protein - Lipid - Protein Þ Trilaminer Layer
Lemak bersifat Hidrofebik (tidak larut dalam air) sedangkan protein bersifat Hidrofilik (larut dalam air); oleh karena itu selaput plasma bersifat Selektif Permeabel atau Semi Permeabel (teori dari Overton). 
 
Selektif permeabel berarti hanya dapat memasukkan /di lewati molekul tertentu saja.
Fungsi dari selaput plasma ini adalah menyelenggarakan Transportasi zat dari sel yang satu ke sel yang lain.

Khusus pada sel tumbahan, selain mempunyai selaput plasma masih ada satu struktur lagi yang letaknya di luar selaput plasma yang disebut Dinding Sel (Cell Wall).
Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah (Middle Lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti Lignin, Chitine, Pektin, Suberine dan lain-lain

Selain itu pada dinding sel tumbuhan kadang-kadang terdapat celah yang disebut Noktah. Pada Noktah/Pit sering terdapat penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang fungsinya hampir sama dengan fungsi saraf pada hewan.

2. Sitoplasma dan Organel Sel
Bagian yang cair dalam sel dinamakan Sitoplasma khusus untuk cairan yang berada dalam inti sel dinamakan Nukleoplasma), sedang bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu digunakan Organel Sel.

Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%), berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kirnia sel.

Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan). 


 
Gbr. a. Ultrastruktur Sel Hewan, b. Ultrastruktur Sel Tumbuhan


Organel Sel tersebut antara lain :

a. Retikulum Endoplasma (RE.)
Yaitu struktur berbentuk benang-benang yang bermuara di inti sel.
Dikenal dua jenis RE yaitu :
• RE. Granuler (Rough E.R)
• RE. Agranuler (Smooth E.R)

Fungsi R.E. adalah : sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri. Struktur R.E. hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

b. Ribosom (Ergastoplasma)
Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel.

Fungsi dari ribosom adalah : tempat sintesis protein.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

c. Miitokondria (The Power House)
Struktur berbentuk seperti cerutu ini mempunyai dua lapis membran.
Lapisan dalamnya berlekuk-lekuk dan dinamakan Krista

Fungsi mitokondria adalah sebagai pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi) ; karena itu mitokondria diberi julukan "The Power House".

d. Lisosom
Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satu enzi nnya itu bernama Lisozym.

e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.

Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal.

J. Sentrosom (Sentriol)
Struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (Mitosis maupun Meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
g. Plastida
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Dikenal tiga jenis plastida yaitu :
1. Lekoplas
(plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),terdiri dari:
• Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,
• Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).
Proteoplas (untuk menyimpan protein).

2. Kloroplas  
yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.

3. Kromoplas
yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :
Karotin (kuning)
Fikodanin (biru)
Fikosantin (kuning)
Fikoeritrin (merah)

h. Vakuola (RonggaSel)
Beberapa ahli tidak memasukkan vakuola sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma disebut Tonoplas

Vakuola berisi :
• garam-garam organik
• glikosida
• tanin (zat penyamak)
• minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar
   Zingiberine pada jahe)
• alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)
• enzim
• butir-butir pati

Pada boberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non kontraktil.

i. Mikrotubulus

Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai "rangka sel".
Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.
j. Mikrofilamen
Seperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.

k. Peroksisom (Badan Mikro)
Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).

3. Inti Sel (Nukleus)

Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :
• Selapue Inti (Karioteka)
• Nukleoplasma (Kariolimfa)
• Kromatin / Kromosom
• Nukleolus(anak inti).

Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu :

Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpai pada bakteri, ganggang 
   biru.
Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).

Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis protein.

Perawat. . . .






Seseorang dikatakan sebagai perawat bila seseorang tersebut dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik diluar maupun didalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar. Dengan kata lain orang disebut perawat bukan dari keahlian turun temurun, malainkan dengan melalui jenjang pendidikan perawat.



Dan perawat mempunyai beberapa peranan dalam melaksanakan pekerjaannya.Dan menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari beberapa peranan.
peranan perawat tersebut adalah :

  1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.Peranan ini umumnya dilaksanakan oleh para pelaksana keperawatan, baik itu dari puskesmas sampai dengan tingkat rumah sakit.
  2. Peran Perawat sebagai advokat klien.Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
  3. Peran Perawat sebagai Edukator.Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Biasanya bila dalam lingkungan rumah sakit diberikan sewaktu pasien akan pulang sehingga diharapkan pasien dapat menjalankan pola hidup sehat dan juga menjaga kesehatannya.
  4. Peran Perawat sebagai koordinator.Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.Dalam rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya dijalankan oleh perawat sruktural atau kepala ruangan dan setingkatnya.
  5. Peran Perawat sebagai kolaborator.Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan ini bila tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.
  6. Peran Perawat sebagai Konsultan.Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.Dan biasanya diberikan oleh para perawat senior dalam suatu lahan pelayanan perawatan.
  7. Peran Perawat sebagai Pembaharuan.Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.Biasanya dilakukan oleh perawat dalam level struktural.

Demikian tadi sahabat peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989.
Dan peranan seorang perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 terbagi menjadi 4 yaitu :
  1. Peran Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan.Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, dan masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan.Dikenal sebagai perawat pelaksana. 
  2. Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Keperawatan.Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.Biasanya dalam ruang perawat dikenal dengan CI / Clinical Instruktur.Berperan dalam memberikan pendidikan kepada para mahasiswa keperawatan yang sedang menjalankan praktek keperawatannya di RS / Puskesmas.
  3. Peran Perawat sebagai Pengelola pelayanan Keperawatan.Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola, perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasikan dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan. Secara umum, pengetahuan perawat tentang fungsi, posisi, lingkup kewenangan, dan tanggung jawab sebagai pelaksana belum maksimal.Dan dilakukan oleh perawat dalam struktural.
  4. Peran Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan.Sebagai peneliti dan pengembangan di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan. Penelitian di dalam bidang keperawatan berperan dalam mengurangi kesenjangan penguasaan teknologi di bidang kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan dan memajukan profesi keperawatan.Biasanya dilakukan oleh para perawat yang terjun dalam bidang pendidikan / dosen.

Rabu, 13 Juni 2012

Asuhan Keperawatan Meningitis

 
MENINGITIS


BAB I


1.1 Pengertian

Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.

Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).


1.2 Klasifikasi meningitis
1.     
           Meningitis purulenta

           Adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.

           Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.

           Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus, hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan salmonella.
          Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat ) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.

2.      Meningitis serosa ( tuberculosa )

           Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga archnoid.

Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobata yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan kadang kadang menderita retardasi mental.


1.3 Etiologi
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :
1.      Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
2.      Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
3.      Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
4.      Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).
5.      Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.

Selain bakteri, virus merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Beberapa virus secara umum yang menyebabkan meningitis adalah:
1.      Coxsacqy
2.      Virus herpes
3.      Arbo virus
4.      Campak, dan
5.      Varicela


1.4 Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia  sel  sabit  dan  hemoglobinopatis lain, prosedur bedah  saraf  baru, trauma  kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.


1. 5 Tanda dan gejala meningitis secara khusus:
1.      
      Anak dan Remaja
a.       Demam
b.      Mengigil
c.       Sakit kepala
d.      Muntah
e.       Perubahan pada sensorium
f.       Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
g.      Peka rangsang
h.      Agitasi
i.        Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI))
j.        Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk, stupor, koma.

2.      Bayi dan Anak Kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.
a.       Demam
b.      Muntah
c.       Peka rangsang yang nyata
d.      Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
e.       Fontanel menonjol.
3.      Neonatus
a.       Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari, seperti
b.      Menolak untuk makan.
c.       Kemampuan menghisap menurun.
d.      Muntah atau diare.
e.       Tonus buruk.
f.       Kurang gerakan.
g.      Menangis buruk.
h.      Leher biasanya lemas.
i.        Tanda-tanda non-spesifik:
j.        Hipothermia atau demam.
k.      Peka rangsang.
l.        Mengantuk.
m.    Kejang.
n.      Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.
o.      Sianosis.
p.      Penurunan berat badan.


1.6 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra cranial.

a.       Meningitis bacterial :
tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri.
b.      Meningitis Virus :
tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal, kultur biasanya negative.

Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.

Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.

Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

a.       Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
b.      LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
c.       Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri)
d.      Elektrolit darah : Abnormal .
e.       ESR/LED : meningkat pada meningitis
f.        
   Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
g.   MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
h.      Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra cranial
i.       Arteriografi karotis : Letak abses


1. 7 Komplikasi
a.       Hidrosefalus obstruktif
b.      MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
c.       Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
d.      SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
e.       Efusi subdural
f.       Kejang
g.      Edema dan herniasi serebral
h.      Cerebral palsy
i.        Gangguan mental
j.        Gangguan belajar
k.      Attention deficit disorder



1.8 Pencegahan

Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.

Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.

Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun vaccine yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah ;
1.      Haemophilus influenzae type b (Hib)
2.      Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
3.      Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)
4.      Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)



1.9 Penatalaksanaan

1.      Farmakologis
A.    Obat anti inflames )                                                                                 
a.       Meningitis tuberkulosa
·    Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahun
·        Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun
·    Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.
b.      Meningitis bacterial, umur < 2 bulan
·         Sefalosporin generasi ke 3
·         Ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari
·         Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
c.       Meningitis bacterial, umur > 2 bulan
·         Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari
·         Sefalosforin generasi ke 3.
B.     Pengobatan simtomatis
a.       Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
b.      Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
c.       Turunkan panas :
·         Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
·         Kompres air PAM atau es
C.     Pengobatan suportif
a.       Cairan intravena
b.      Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50 %.


            2.      Perawatan

A.    Pada waktu kejang
a.       Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
b.      Hisap lender
c.       Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
d.      Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

B.     Bila penderita tidak sadar lama
a.       Beri makanan melalui sonda
b.      Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering mungkin
c.       Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.

C.     Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi

D.    Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

E.     Pemantauan ketat.
a.       Tekanan darah
b.      Respirasi
c.       Nadi
d.      Produksi air kemih
e.       Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.



1.11 Prognosis

Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung :
a.       umur penderita.
b.      Jenis kuman penyebab
c.       Berat ringan infeksi
d.      Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e.       Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f.       Adanya dan penanganan penyakit.

Meskipun telah diberikan pengobatan, sebanyak 30% bayi meninggal. Jika terjadi abses, angka kematian mendekati 75%. 20-50% bayi yang bertahan hidup, mengalami kerusakan otak dan saraf (misalnya hidrosefalus, tuli dan keterbelakangan mental).




BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian

Pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa, hal ini disebabkan pengkajian anamnesis lebih banyak pada orang tua dan pemeriksaan fisikyang berbeda karena belum sempurnanya organ pertumbuhan terutama pada neonatus. Pengkajian yang biasa didapatkan pada anak bergantung pada luasnya penyebaran infeksi dimeningen dan usia anak. Hal lain yang mempengaruhi klinis pada anak adalah jenis organism yang menginvasi meningen dan seberapa jauh keefektifan dalam pemberian terapi, dalam hal ini adalah antibiotikyang dipakai sangat berpengaruh terhadap klinis pada anak. Untuk memudahkan penilaian klinis, gejala pada meningitis pada anak dibagi menjadi tiga, yaitu anak, bayi, dan neonatus.

  

2.2 Anamnesa

a.       Identitas pasien.
b.      Keluhan utama: sakit kepala dan demam
c.       Riwayat penyakit sekarang

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen.

Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.

d.      Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.

Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).

e.       Riwayat psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.



2.3 Pemeriksaan fisik

a.       Aktivitas / istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara
Umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

b.      Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung
Conginetal ( abses otak ).
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat (berhubungan
Dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor ). Takikardi, distritmia
( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis )

c.       Eleminasi
Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.

d.      Makanan dan Cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut )
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.

e.       Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut )

f.       Neurosensori
Gejala : sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat ) . Pareslisia,
Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan
Pada saraf cranial ). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas ( minimitis ) . Timbul
Kejang ( minimitis bakteri atau abses otak ) gangguan dalam penglihatan, seperti
Diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi ). Fotopobia ( pada minimtis ). Ketulian
( pada minimitis / encephalitis ) atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan,
Adanya hulusinasi penciuman / sentuhan.
Tanda :
·         Status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang berat hingga
Koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).
·         Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala
Berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial )
·         Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
·         Mata ( ukuran / reaksi pupil ) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
( peningkatan TIK ), nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ).
·         Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ) . Karakteristik fasial (wajah ) ; perubahan pada
Fungsi motorik da nsensorik ( saraf cranial V dan VII terkena )
·         Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ) . Kejang lobus temporal . Otot
Mengalami hipotonia /flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis ). Spastik
( encephalitis).
·         Hemiparese hemiplegic ( meningitis / encephalitis )
·     Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya Iritasi meningeal ( fase akut )
·         Regiditas muka ( iritasi meningeal )
Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif
·         Refleks abdominal menurun.

g.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk oleh
Ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh.

h.      Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental ( letargi sampai
Koma ) dan gelisah.

i.        Keamanan
Gejala :
·         Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis
Telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan,
Fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
·         Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh
Campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
·         Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda : - suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil
·         Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic
Gangguan sensoris


 
2.4 Analisa Data

a.       Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: mengeluh nyeri, depresi (sampai memukul-mukul kepala)
DO: skala nyeri (0-10), karakteristik (berat, berdenyut, konstan), lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk Bakteri, fungi, virus, trauma kepala, infeksi sistemik.

b.      Inflamasi Nyeri
DS: demam
DO: hipertermi (> 36-370 C), kulit memerah, frekwensi nafas meningkat, kulit hangat bila disentuh, takikardi Bakteri, fungi, virus, trauma kepala, infeksi sistemik.

c.       Exudat menyebar Resiko tinggi penyebaran infeksi sekunder.
DS: Nyeri kepala, Pusing, kehilangan memori, bingung, kelelahan, kehilangan visual, kehilangan sensasi
DO: Bingung / disorientasi, penurunan kesadaran, perubahan status mental, gelisah, perubahan motorik, dekortikasi, deserebrasi, kejang, dilatasi pupil, edema papil peningkatan permeabilitas kapiler.

d.      Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral
DS: -
DO: pasien mengalami kejang, gangguan motorik, ataksia. Difusi ion K dan Na.

e.       berkurangnya koordinasi otot Risiko tinggi terhadap trauma
DS: merasa lemah
DO: pasien terlihat pucat dan lemah ningkatan volume cairan interstisial.

f.       Gangguan kesadaran Gangguan mobilitas fisik
DS: Klien mengeluh frustasi.
DO: pasien mengalami kebingungan, emosi yang berlebihan, frustasi, disorientasi realitas Peningkatan TIK.



2.5 Diagnosa yang mungkin muncul

1.      Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.
3.      Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
4.      Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
5.      Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung (hospitalisasi).



2.5 Intervensi

1.      Diagnosa 1 :
Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak ; mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.

 
Intervensi :
a.      Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf.
b.      Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi.
c.       Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam.
d.      Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
e.       Kolaborasi tim medis



2.      Diagnosa 2:
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.
Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat kesadaran , mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala, mendemontrasikan adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.

Intervensi :
a.   Perubahan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal.
b.    Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti    GCS.
c.      Pantau masukan dan keluaran . catat karakteristik urine, turgor kulit, dan keadaan membrane mukosa.
d.     Berikantindakan yang memberikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang,  suara yang halus dan sentuhan yang lembut.
e.      Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang   memperburuk / meningkatkan iskemia serebral.
f.       Berikan obat sesuai indikasi.


3.      Diagnosa 3 :
Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami kejang atau penyerta atau cedera lain.

Intervensi :
a.      Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain.
b.  Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantuan pada penghalang tempat tidur dan    pertahankan tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap.
c.     Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan .gerakkan dengan bantuan sesuai membaiknya  keadaan.
d.     Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin ( dilantin ), diazepam , fenobarbital.


4.      Diagnosa 4 :
Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan poster rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.

Intervensi :
a.      Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
b.      Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting .
c.       Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah leher /bahu.
d.      Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein



5.      Diagnosa 5 :
Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung ( hospitalisasi ).
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

Intervensi :
a.    Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau  non verbal.
b.     Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.
c.     Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit.
d.    Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin.
e.      Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang.


2.6 Evaluasi
1.    Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau    keterlibatan orang lain.
2.  Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,   mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3.      Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5.      Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6.      Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.